Maret 14, 2019

Tantangan Bebenah Pakaian


Tugas kedua dalam workshop online “Bebenah Itu Mudah” menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Saya yang pada dasarnya tidak begitu suka dengan “noto-noto” ditantang untuk merapihkan lemari pakaian. Tentulah bukan hal yang mudah bagi saya. Namun, ketika keteguhan hati dan melirik kembali tugas pertama yang berisi 10 hal mengapa saya harus bebenah, menggerakkan hati dan jiwa saya untuk segera bergegas.

Daaan, sungguh ketika sudah mulai aksi, semua yang terasa berat menjadi suatu proses yang dapat dinikmati. Apalagi saat secercah hasil yang mulai terlihat.


Saya menikmati setiap proses dalam bebenah bagian “clothes” ini. Saya keluarkan semua isi lemari pakaian. Saya pilih dan pilah mana-mana saja pakaian, jilbab, underwear, kaos kaki yang mendatangkan “Joy”. Dan saya fokus disitu. Saya cukup terbantu dengan pakaian yang tidak begitu banyak, sehingga tidak memakan waktu lama. Kemudian pakaian, jilbab, kaos kaki dan underwear yang masih saya pakai saya lipat dan susun “ala” konmari dan masukkan kedalam kotak kardus bekas uht mimi Amru, yang sebelumnya sudah saya bungkus dengan kertas kado. Sedangkan yang sudah tidak saya pakai namun masih layak pakai saya satukan kedalam kardus terpisah. Begitu pula yang sudah tidak layak pakai saya pisahkan untuk di recycle atau masuk ke tempat sampah. Khusus untuk gamis saya simpan gantung agar tetap rapih dan tidak mudah kusut.

Handuk, alat sholat, sarung bantal guling, sprei saya simpan dilemari terpisah. Agar mudah mencari dan mengambilnya. Begitu pula dengan serbet dan lap tangan.



Setelah selesai dengan pakaian saya tantangan selanjutnya adalah merapihkan pakaian anak-anak. Yang kuantitasnya jauh melebihi pakaian saya. Hehehe…

Ternyata tidak cukup hanya satu hari untuk merapihkan pakaian-pakaian ini. Saya membutuhkan waktu tiga hari hingga semua baju saya, suami, dan anak-anak tertata rapih dalam lemari.

Semoga seterusnya tetap bisa konsisten menerapkannya. Karena benar sekali, ketika lemari pakaian rapi dan terorganisir berpengaruh dengan “kesehatan” jiwa. Jadi mudah mencari pakaian yang akan dipakai, mudah memadu padankan, terbebas dari kaos kaki dan daleman jilbab yang “ketlingsut” dan pastinya tidak lagi membeli barang-barang padahal kita sudah memilikinya dirumah.




Depok, 12 Maret 2019
Ika Puspitaningtyas



0 komentar:

Posting Komentar