Mei 03, 2016

Liburan Di Rumah yang Penuh Makna

Liburan sekolah semester ini menjadi liburan yang penuh makna bagi kami. Bagaimana tidak, biasanya kami selalu menghabiskan liburan dengan jalan-jalan ke tempat wisata, bersilaturahmi ke tempat saudara dan mudik ke kampung halaman di Tegal dan Jepara. Namun liburan kali ini kami hanya menghabiskannya dirumah saja !!

Ya.. sejak didiagnosa “Plasenta Previa” saat usia kandungan 28 minggu, saya harus banyak istirahat dan menghabiskan sebagian besar waktu “dirumah saja”. Saya harus men-stop semua rutinitas aktif selama ini. Dari mengantar jemput dua bidadari kembar kami yang kini berusia 6 tahun dan duduk di kelas TK-B, distribusi barang jualan online, ke perpustakaan, main ke rumah teman atau makan diluar selepas pulang sekolah dan banyak kegiatan seru lainnya yang sering kami lakukan bertiga.

Kondisi ini memberikan dampak pada seluruh penghuni rumah dan mengubah semua ritme rutinitas kami sehari-hari. Anak-anak kini kesekolah dengan mobil jemputan sekolah, suami sigap mengambil alih urusan dapur. Si mbak meringankan saya atas pekerjaan rutinitas cuci-setrika-beres beres. Dan saya lebih banyak menghabiskan waktu diatas tempat tidur dengan menulis blog dan sesekali menjahit baju si kembar, taplak meja maupun pernak pernik rumah saat kondisi tubuh bisa diajak kerjasama. Syukurlah dengan kedua kegiatan yang menjadi passion saya ini, saya bisa melepaskan hormon adrenalin dan menggantinya dengan oksitosin yang memberikan ketenangan dan kenyamanan.

Ternyata betul quote yang mengatakan kalau kita bisa ikhlas, sabar dan memandang dari sisi positif dari segala ketentuan-Nya Insya Allah itu yang terbaik bagi kita dan selalu ada hikmah yang bisa diambil.

Lalu bagaimana dengan anak-anak? Apakah mereka juga bisa mengambil hikmah dari kondisi dan situasi seperti ini? Ternyata tidak mudah sodara-sodara !!! anak-anak tetaplah anak-anak. Bagi mereka liburan tetap belum afdhol kalau tidak ke luar kota atau ke tempat wisata.

Ketika kami memberitahu kondisi bahwa kita akan lebih banyak menghabiskan liburan dirumah saja, terlihat jelas di raut mukanya rasa kecewa, sedih dan tidak bersemangat. Tapi ketika kami tawarkan untuk mengantar mereka liburan sendiri dirumah Eyang dan mereka akan tinggal disana selama liburan mereka juga tidak berselera. Karena baginya liburan adalah saat bersama dengan Abi Umminya secara utuh.

Kami terus memberikan pemahaman bahwa liburan tidak selalu berarti keluar kota. Liburan dirumah juga tidak kalah serunya bila kita bisa kreatif mengisinya. Kami berikan gambaran bahwa kita bisa melakukan banyak hal yang disukai dan seru dirumah.

Namun sepertinya mereka tidak lantas menjadi tertarik dengan pemahaman ini. Apalagi ketika mereka tau teman-teman disekolahnya sudah memiliki rencana liburan yang menggoda diluar kota. Bertambah-tambahlah kesedihan mereka.

Hari pertama liburan ini mereka menjadi susah dibangunkan untuk sholat Subuh. Dengan langkah gontai mereka ambil wudhu dan sholat subuh tanpa semangat seperti biasanya. Kemudian dilanjutkan dengan tiduran saja didepan tv. Waah gawat ini !!!. Saya harus putar otak agar liburan anak-anak tidak habis di depan tv saja. Walaupun disatu sisi saya tidak bisa banyak beraktifitas fisik.

Mulailah saya membuat list kegiatan harian untuk mereka berdua. Dari cooking class, percobaan sains, membuat karya kreatif, membeli buku baru, sampai nge-print berlembar-lembar worksheet yang siap mereka isi. Selain itu saya juga mengagendakan beberapa kebiasaan baik, dengan harapan setelah liburan ini bisa menjadi kebiasaan mereka, seperti sholat tepat waktu, membuka jendela saat bangun tidur, mengambil dan makan sendiri, mandi dan mempersiapkan peralatan mandi sendiri, mengembalikan segala sesuatu ketempatnya setelah tidak digunakan lagi, tidak ngenyot jempol untuk si kakak dan tidak mengompol lagi untuk si adek.

Setelah saya buat dengan detil rencana kegiatan pengisi liburan tersebut, kemudian saya paparkan dan diskusikan dengan mereka. Ada secercah harapan dan rasa antusias dari mereka berdua saat mengomentari rencana kegiatan liburan tersebut. “Ayo Mi... kapan kita mulai??” Alhamdulillah ...

Hari pertama kami isi dengan membereskan rumah. Kami tanamkan bahwa rumah ini adalah rumah kita, jadi kita yang bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapihan rumah ini. Dengan cara yang sederhana yaitu mengembalikan segala sesuatu ketempat semula setelah selesai digunakan. Sebelumnya sudah kami buat kesepakatan dengan mengelompokkan barang-barang sesuai jenisnya. Misalnya mainan masak-masakan dikumpulkan disatu wadah sendiri. Lego, puzzle, alat tulis, buku, alat menggambar semuanya tertata rapih ditempatnya masing-masing. Nah ketika mereka ingin bermain masak-masakan mereka tinggal mengambil satu wadah khusus mainan masak-masakan. Ketika ingin beralih bermain lego mereka harus membereskan mainan masak-masakannya terlebih dahulu dan mengembalikan nya ke tempat semula sebelum membongkar wadah berisi lego. Awalnya masih harus sering diingatkan sampai akhirnya tertanam menjadi kebiasaan dalam diri mereka. Saya merasakan betul manfaatnya saat saya benar-benar tidak bisa beranjak dari tempat tidur dan melihat rumah ini begitu berantakan. Ketika saya bangun, rumah kembali rapih seperti semula dan mereka bercerita dengan bangga bahwa mereka berdua yang merapihkan semua ini. Kemudian saya peluk mereka dengan punuh rasa syukur. Alhamdulillah terimakasih yaa sayang sudah meringankan tugas Umi ...
Kebiasaan baik berikutnya adalah sholat tepat waktu. Kami sampaikan berulang-ulang agar tertanam dalam diri mereka bahwa ketika ada adzan berkumandang langsung ambil wudhu dan sholat. Butuh kesabaran dan konsistensi yang tidak sebentar untuk membentuk kebiasaan ini. Sampai akhirnya kini mereka berbalik mengingatkan saya ketika saya masih sibuk didapur padahal adzan maghrib telah berkumandang. Oiya mereka juga belajar bahwa sholat tidak selalu dengan berdiri. Ketika melihat saya sholat dengan duduk maupun sholat dengan tidur diatas tempat tidur mereka menjadi paham bahwa sakitpun tidak menjadi alasan kita untuk meninggalkan sholat.

Yang luar biasa dari menumbuhkan kebiasaan baik selama liburan ini adalah diakhir liburan si kakak sudah terbebas dari kebiasaan ngenyot jempol yang sudah melekat sejak bayi dan si adek bebas ngompol. Kami berikan motivasi kalau bisa lepas dari kedua kebiasaan buruk itu kami kabulkan keinginannya untuk memiliki kasur tingkat. Wooooww... mereka menjadi sangat bersemangat. Lalu kami buat peraturan koin warna selama 7 hari. Kalau berhasil dalam sehari tidak ngenyot jempol atau ngompol, maka akan dapat satu koin warna. Tapi kalau hari itu gagal maka tidak mendapatkan koin warna. Sang kakak berjuang cukup keras untuk mengendalikan dirinya saat keinginan untuk ngenyot jempol melanda. Sang adek berjuang mengikuti tips kami yaitu tidak menahan pipis, tidak lompat-lompat dan lari-larian menjelang tidur. Pas dihari koin ketujuh yang tercapai lebih dari 7 hari karena kadang mereka masih kecolongan ngenyot jempol/ngompol, kasur tingkat pun datang dan mereka bahagia luar biasa. Namun peraturannya belum selesai sampai disini. Jika setelah ini masih ngenyot jempol atau ngompol maka konsekuensinya adalah tidur diluar didepan TV sendirian!!!. Alhamdulillah setelah selesai liburan selama dua minggu ini selesai juga problem ngenyot jempol dan ngompol ini. Dan saya pun terbebas dari nyuci seprei setiap hari.

Mereka berdua sangat tertarik didapur dan rasa ingin membantunya cukup besar. Saat saya memasak didapur mereka membantu mengupas wortel, memotong sawi, mengupas bawang dengan tangan kosong. Moment seperti ini tidak saya lewatkan begitu saja, sambil mengobrol saya perkenalkan macam-macam sayuran dan perlengkapan memasak. Sampai akhirnya mereka penasaran ingin mencoba memasak sendiri. Let’s try girl !!! pelajaran pertama memasak nasi. Saya ajarkan langkah demi langkah memasak nasi beserta takarannya. Pertama mencoba banyak juga beras yang terbuang saat mencucinya. Hihihiii.. tak apalah.. namanya juga belajar. Sampai akhirnya kini mereka berdua sudah mahir melakukannya sendiri, bahkan berinisiatif saat rice cooker kosong mereka langsung menawarkan diri untuk memasaknya. Selain memasak nasi, mereka juga belajar membuat pancake dan brownies, camilan kesukaannya. Disini saya kenalkan juga mengenai kosakata baru bahan-bahan kue, takaran, dan langkah-langkahnya. Woooow... efeknya luar biasa.. selain mereka menjadi percaya diri karena hasil usahanya mendapat pujian dari Abi tercinta, mereka juga menjadi semakin antusias belajar memasak.

Selain memasak, percobaan sains juga tak luput menjadi pengisi kegiatan liburan kali ini. Salah satu percobaan yang kami lakukan adalah kapilaritas. Dengan bahan-bahan dan penjelasan yang sederhana, mereka bisa menceritakan kembali proses merembesnya air berwarna dari masing-masing gelas melewati kain putih hingga mengubah kain putih menjadi berwarna sesuai dengan warna air digelas. Mereka terpana dengan perubahan warna kain. Ketika saya ganti kain dengan tissue, stik es krim mereka semakin paham bahwa media yang berbeda memberikan hasil yang berbeda pula.  Dan ketika Abinya pulang dari kantor mereka berdua antusias menceritakan pengalamannya mengenai kapilaritas.

Kenyataannya kondisi fisik saya tidak selalu bersahabat. Kadang kala kontraksi hebat menghampiri. Itu artinya saya harus menghentikan semua aktivitas dan kembali ke tempat tidur untuk bedrest agar tidak terjadi bleeding. Disaat-saat seperti ini saya mengandalkan worksheets yang bisa mereka kerjakan mandiri dan bisa saya pantau dari atas tampat tidur. Atau menghabiskan buku cerita diatas tempat tidur bersama mereka sampai akhirnya kami bertiga tertidur. Alhamdulillah mereka berdua memahami kondisi saya dan bertambah rasa empatinya dengan memijit kaki saya, mengambilkan air minum dan mengajak ngobrol adeknya diperut.

Alhamdulillah seminggu sudah liburan ini terlewati dengan penuh makna dan anak-anak masih bersemangat menjalaninya. Walau kadang kala terlontar “Ummi kapan kita jalan-jalan?” “Ummi kapan aku masuk sekolah?” saat rasa jenuh melanda.

Minggu kedua liburan ini Eyang dan tantenya dari Jepara berkunjung kerumah kami. Kami sampaikan kabar ini dan mereka tidak sabar untuk menjemput dibandara. Yeeaayyy akhirnya jalan-jalan juga. Dibandara mereka antusias melihat betapa banyak pesawat yang hilir mudik diudara, baik yang mendarat maupun yang lepas landas. Hingar bingar penumpang dan pengantar yang memenuhi bandara. Dan kesibukan petugas bandara dipintu kedatangan. Mereka berdua sangat antusias menghitung jumlah pesawat, bertanya mengenai apa saja tugas petugas bandara, pilot, pramugari saat kami berpapasan di jalan.
Selama seminggu kedepan anak-anak menghabiskannya dengan bersilaturahmi kerumah saudara dan berlibur ke Ragunan, D’Kandang dan Outbond di Margo City bersama Abi, Eyang, tantenya dan tentu saja saya menunggu duduk manis dirumah saja.

Besok pagi rencana kami akan bersilaturahmi ke rumah saudara, pada malam hari sebelum tidur kami minta mereka mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa bersilaturahmi besok. Dari pakaian yang akan mereka kenakan, makanan dan minuman selama perjalanan serta mainan puzzle, lego, boneka dan peralatan menggambar yang akan dibawa untuk mengisi waktu luang saat dimobil atau selama dirumah saudara. Kami ajarkan juga adab bertamu atau bersilaturahmi, yaitu membuka sandal dan merapihkan ditempatnya, mengetuk pintu dan menunggu dipersilahkan masuk, duduk dengan tenang dan menunggu dipersilahkan untuk makan atau minum. Kalau sudah mulai bosan, boleh mengeluarkan mainan yang dibawa dari rumah dan memainkannya tapi tidak mengganggu orang dewasa yang sedang berbincang-bincang. Alhamdulillah mereka bisa diajak bekerjasama dan bisa menikmati perjalanan silaturahmi ini.

Sebenarnya keinginan mereka dalam liburan ini adalah wisata ke Taman Safari Indonesia, namun mimpi mereka kandas sudah karena kami lihat traffic menuju puncak yang macet total saat liburan seperti ini. Daripada menghabiskan waktu dijalan karena macet, kami tawarkan alternatif lain untuk mengunjungi Kebun Binatang Ragunan bersama Eyang dan tante. Walaupun masih jauh dari impian tapi lumayan lah masih bisa bertemu dengan gajah dan naik kereta wisata keliling di Ragunan.

Karena merasa masih kurang puas, mereka meminta jalan-jalan ke D’Kandang di Sawangan. Disana mereka naik kuda, memberi susu pada kambing etawa, melihat pemerahan susu sapi, melihat kandang kuda, melihat kandang kerbau bule yang didatangkan langsung dari Yogya, melihat tanaman sayur mayur yang tertata rapi, memanen sayuran seperti kangkung, bayam, selada, dan minum yoghurt dan susu sapi murni. Syukurlah di D’Kandang ini bisa mengobati rasa kurang puasnya saat di Ragunan.
Tidak terasa dua minggu berlalu sudah, liburan semester ini pun berakhir dengan penuh makna. Pagi ini anak-anak mengantar Eyang dan tantenya ke bandara untuk kembali ke Jepara. Mereka sama antusiasnya seperti saat menjemput Eyangnya dibandara seminggu lalu. Dan bahkan kegiatan menjemput dan mengantar Eyang ke bandara inipun menjadi salah satu wisata yang berarti bagi mereka.

Hari ini, hari pertama mereka kembali masuk sekolah dengan semangat terbarukan. Dan siap menceritakan kegiatan-kegiatan mereka selama liburan didepan temen-teman dan gurunya.  Terimakasih anak-anakku yang sholeha dan penuh pengertian, Abi Ummi tidak lupa akan rencana kita liburan ke Bandung setelah adek sholeh ini lahir, InsyaAllah.

Kisah liburan penuh makna,
Depok, 18 Januari 2016    
Ika Puspitaningtyas



  

0 komentar:

Posting Komentar