Liburan
sekolah semester ini menjadi liburan yang penuh makna bagi kami. Bagaimana
tidak, biasanya kami selalu menghabiskan liburan dengan jalan-jalan ke tempat
wisata, bersilaturahmi ke tempat saudara dan mudik ke kampung halaman di Tegal
dan Jepara. Namun liburan kali ini kami hanya menghabiskannya dirumah saja !!
Ya..
sejak didiagnosa “Plasenta Previa” saat usia kandungan 28 minggu, saya harus
banyak istirahat dan menghabiskan sebagian besar waktu “dirumah saja”. Saya
harus men-stop semua rutinitas aktif selama ini. Dari mengantar jemput dua
bidadari kembar kami yang kini berusia 6 tahun dan duduk di kelas TK-B,
distribusi barang jualan online, ke perpustakaan, main ke rumah teman atau
makan diluar selepas pulang sekolah dan banyak kegiatan seru lainnya yang
sering kami lakukan bertiga.
Kondisi
ini memberikan dampak pada seluruh penghuni rumah dan mengubah semua ritme
rutinitas kami sehari-hari. Anak-anak kini kesekolah dengan mobil jemputan
sekolah, suami sigap mengambil alih urusan dapur. Si mbak meringankan saya atas
pekerjaan rutinitas cuci-setrika-beres beres. Dan saya lebih banyak
menghabiskan waktu diatas tempat tidur dengan menulis blog dan sesekali
menjahit baju si kembar, taplak meja maupun pernak pernik rumah saat kondisi
tubuh bisa diajak kerjasama. Syukurlah dengan kedua kegiatan yang menjadi passion
saya ini, saya bisa melepaskan hormon adrenalin dan menggantinya dengan oksitosin
yang memberikan ketenangan dan kenyamanan.
Ternyata
betul quote yang mengatakan kalau kita bisa ikhlas, sabar dan memandang dari
sisi positif dari segala ketentuan-Nya Insya Allah itu yang terbaik bagi kita
dan selalu ada hikmah yang bisa diambil.
Lalu
bagaimana dengan anak-anak? Apakah mereka juga bisa mengambil hikmah dari
kondisi dan situasi seperti ini? Ternyata tidak mudah sodara-sodara !!!
anak-anak tetaplah anak-anak. Bagi mereka liburan tetap belum afdhol kalau
tidak ke luar kota atau ke tempat wisata.
Ketika
kami memberitahu kondisi bahwa kita akan lebih banyak menghabiskan liburan dirumah
saja, terlihat jelas di raut mukanya rasa kecewa, sedih dan tidak bersemangat.
Tapi ketika kami tawarkan untuk mengantar mereka liburan sendiri dirumah Eyang
dan mereka akan tinggal disana selama liburan mereka juga tidak berselera.
Karena baginya liburan adalah saat bersama dengan Abi Umminya secara utuh.
Kami
terus memberikan pemahaman bahwa liburan tidak selalu berarti keluar kota.
Liburan dirumah juga tidak kalah serunya bila kita bisa kreatif mengisinya.
Kami berikan gambaran bahwa kita bisa melakukan banyak hal yang disukai dan
seru dirumah.
Namun
sepertinya mereka tidak lantas menjadi tertarik dengan pemahaman ini. Apalagi
ketika mereka tau teman-teman disekolahnya sudah memiliki rencana liburan yang
menggoda diluar kota. Bertambah-tambahlah kesedihan mereka.
Hari
pertama liburan ini mereka menjadi susah dibangunkan untuk sholat Subuh. Dengan
langkah gontai mereka ambil wudhu dan sholat subuh tanpa semangat seperti
biasanya. Kemudian dilanjutkan dengan tiduran saja didepan tv. Waah gawat ini
!!!. Saya harus putar otak agar liburan anak-anak tidak habis di depan tv saja.
Walaupun disatu sisi saya tidak bisa banyak beraktifitas fisik.
Mulailah
saya membuat list kegiatan harian untuk mereka berdua. Dari cooking class,
percobaan sains, membuat karya kreatif, membeli buku baru, sampai nge-print berlembar-lembar
worksheet yang siap mereka isi. Selain itu saya juga mengagendakan beberapa
kebiasaan baik, dengan harapan setelah liburan ini bisa menjadi kebiasaan
mereka, seperti sholat tepat waktu, membuka jendela saat bangun tidur,
mengambil dan makan sendiri, mandi dan mempersiapkan peralatan mandi sendiri,
mengembalikan segala sesuatu ketempatnya setelah tidak digunakan lagi, tidak
ngenyot jempol untuk si kakak dan tidak mengompol lagi untuk si adek.
Setelah
saya buat dengan detil rencana kegiatan pengisi liburan tersebut, kemudian saya
paparkan dan diskusikan dengan mereka. Ada secercah harapan dan rasa antusias
dari mereka berdua saat mengomentari rencana kegiatan liburan tersebut. “Ayo
Mi... kapan kita mulai??” Alhamdulillah ...
Hari
pertama kami isi dengan membereskan rumah. Kami tanamkan bahwa rumah ini adalah
rumah kita, jadi kita yang bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapihan
rumah ini. Dengan cara yang sederhana yaitu mengembalikan segala sesuatu
ketempat semula setelah selesai digunakan. Sebelumnya sudah kami buat
kesepakatan dengan mengelompokkan barang-barang sesuai jenisnya. Misalnya
mainan masak-masakan dikumpulkan disatu wadah sendiri. Lego, puzzle, alat
tulis, buku, alat menggambar semuanya tertata rapih ditempatnya masing-masing.
Nah ketika mereka ingin bermain masak-masakan mereka tinggal mengambil satu
wadah khusus mainan masak-masakan. Ketika ingin beralih bermain lego mereka
harus membereskan mainan masak-masakannya terlebih dahulu dan mengembalikan nya
ke tempat semula sebelum membongkar wadah berisi lego. Awalnya masih harus
sering diingatkan sampai akhirnya tertanam menjadi kebiasaan dalam diri mereka.
Saya merasakan betul manfaatnya saat saya benar-benar tidak bisa beranjak dari tempat
tidur dan melihat rumah ini begitu berantakan. Ketika saya bangun, rumah kembali
rapih seperti semula dan mereka bercerita dengan bangga bahwa mereka berdua
yang merapihkan semua ini. Kemudian saya peluk mereka dengan punuh rasa syukur.
Alhamdulillah terimakasih yaa sayang sudah meringankan tugas Umi ...
Kebiasaan
baik berikutnya adalah sholat tepat waktu. Kami sampaikan berulang-ulang agar
tertanam dalam diri mereka bahwa ketika ada adzan berkumandang langsung ambil
wudhu dan sholat. Butuh kesabaran dan konsistensi yang tidak sebentar untuk
membentuk kebiasaan ini. Sampai akhirnya kini mereka berbalik mengingatkan saya
ketika saya masih sibuk didapur padahal adzan maghrib telah berkumandang. Oiya
mereka juga belajar bahwa sholat tidak selalu dengan berdiri. Ketika melihat
saya sholat dengan duduk maupun sholat dengan tidur diatas tempat tidur mereka
menjadi paham bahwa sakitpun tidak menjadi alasan kita untuk meninggalkan
sholat.
Yang
luar biasa dari menumbuhkan kebiasaan baik selama liburan ini adalah diakhir
liburan si kakak sudah terbebas dari kebiasaan ngenyot jempol yang sudah
melekat sejak bayi dan si adek bebas ngompol. Kami berikan motivasi kalau bisa
lepas dari kedua kebiasaan buruk itu kami kabulkan keinginannya untuk memiliki
kasur tingkat. Wooooww... mereka menjadi sangat bersemangat. Lalu kami buat
peraturan koin warna selama 7 hari. Kalau berhasil dalam sehari tidak ngenyot
jempol atau ngompol, maka akan dapat satu koin warna. Tapi kalau hari itu gagal
maka tidak mendapatkan koin warna. Sang kakak berjuang cukup keras untuk
mengendalikan dirinya saat keinginan untuk ngenyot jempol melanda. Sang adek
berjuang mengikuti tips kami yaitu tidak menahan pipis, tidak lompat-lompat dan
lari-larian menjelang tidur. Pas dihari koin ketujuh yang tercapai lebih dari 7
hari karena kadang mereka masih kecolongan ngenyot jempol/ngompol, kasur
tingkat pun datang dan mereka bahagia luar biasa. Namun peraturannya belum
selesai sampai disini. Jika setelah ini masih ngenyot jempol atau ngompol maka
konsekuensinya adalah tidur diluar didepan TV sendirian!!!. Alhamdulillah
setelah selesai liburan selama dua minggu ini selesai juga problem ngenyot jempol
dan ngompol ini. Dan saya pun terbebas dari nyuci seprei setiap hari.
Mereka
berdua sangat tertarik didapur dan rasa ingin membantunya cukup besar. Saat
saya memasak didapur mereka membantu mengupas wortel, memotong sawi, mengupas
bawang dengan tangan kosong. Moment seperti ini tidak saya lewatkan begitu
saja, sambil mengobrol saya perkenalkan macam-macam sayuran dan perlengkapan
memasak. Sampai akhirnya mereka penasaran ingin mencoba memasak sendiri. Let’s
try girl !!! pelajaran pertama memasak nasi. Saya ajarkan langkah demi langkah
memasak nasi beserta takarannya. Pertama mencoba banyak juga beras yang
terbuang saat mencucinya. Hihihiii.. tak apalah.. namanya juga belajar. Sampai akhirnya
kini mereka berdua sudah mahir melakukannya sendiri, bahkan berinisiatif saat rice
cooker kosong mereka langsung menawarkan diri untuk memasaknya. Selain memasak
nasi, mereka juga belajar membuat pancake dan brownies, camilan kesukaannya.
Disini saya kenalkan juga mengenai kosakata baru bahan-bahan kue, takaran, dan
langkah-langkahnya. Woooow... efeknya luar biasa.. selain mereka menjadi
percaya diri karena hasil usahanya mendapat pujian dari Abi tercinta, mereka
juga menjadi semakin antusias belajar memasak.
Selain
memasak, percobaan sains juga tak luput menjadi pengisi kegiatan liburan kali
ini. Salah satu percobaan yang kami lakukan adalah kapilaritas. Dengan
bahan-bahan dan penjelasan yang sederhana, mereka bisa menceritakan kembali
proses merembesnya air berwarna dari masing-masing gelas melewati kain putih
hingga mengubah kain putih menjadi berwarna sesuai dengan warna air digelas.
Mereka terpana dengan perubahan warna kain. Ketika saya ganti kain dengan
tissue, stik es krim mereka semakin paham bahwa media yang berbeda memberikan
hasil yang berbeda pula. Dan ketika
Abinya pulang dari kantor mereka berdua antusias menceritakan pengalamannya
mengenai kapilaritas.
Kenyataannya
kondisi fisik saya tidak selalu bersahabat. Kadang kala kontraksi hebat
menghampiri. Itu artinya saya harus menghentikan semua aktivitas dan kembali ke
tempat tidur untuk bedrest agar tidak terjadi bleeding. Disaat-saat seperti ini
saya mengandalkan worksheets yang bisa mereka kerjakan mandiri dan bisa saya
pantau dari atas tampat tidur. Atau menghabiskan buku cerita diatas tempat
tidur bersama mereka sampai akhirnya kami bertiga tertidur. Alhamdulillah
mereka berdua memahami kondisi saya dan bertambah rasa empatinya dengan memijit
kaki saya, mengambilkan air minum dan mengajak ngobrol adeknya diperut.
Alhamdulillah
seminggu sudah liburan ini terlewati dengan penuh makna dan anak-anak masih
bersemangat menjalaninya. Walau kadang kala terlontar “Ummi kapan kita
jalan-jalan?” “Ummi kapan aku masuk sekolah?” saat rasa jenuh melanda.
Minggu
kedua liburan ini Eyang dan tantenya dari Jepara berkunjung kerumah kami. Kami
sampaikan kabar ini dan mereka tidak sabar untuk menjemput dibandara. Yeeaayyy
akhirnya jalan-jalan juga. Dibandara mereka antusias melihat betapa banyak
pesawat yang hilir mudik diudara, baik yang mendarat maupun yang lepas landas.
Hingar bingar penumpang dan pengantar yang memenuhi bandara. Dan kesibukan petugas
bandara dipintu kedatangan. Mereka berdua sangat antusias menghitung jumlah
pesawat, bertanya mengenai apa saja tugas petugas bandara, pilot, pramugari
saat kami berpapasan di jalan.
Selama
seminggu kedepan anak-anak menghabiskannya dengan bersilaturahmi kerumah
saudara dan berlibur ke Ragunan, D’Kandang dan Outbond di Margo City bersama
Abi, Eyang, tantenya dan tentu saja saya menunggu duduk manis dirumah saja.
Besok
pagi rencana kami akan bersilaturahmi ke rumah saudara, pada malam hari sebelum
tidur kami minta mereka mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa
bersilaturahmi besok. Dari pakaian yang akan mereka kenakan, makanan dan
minuman selama perjalanan serta mainan puzzle, lego, boneka dan peralatan
menggambar yang akan dibawa untuk mengisi waktu luang saat dimobil atau selama
dirumah saudara. Kami ajarkan juga adab bertamu atau bersilaturahmi, yaitu
membuka sandal dan merapihkan ditempatnya, mengetuk pintu dan menunggu
dipersilahkan masuk, duduk dengan tenang dan menunggu dipersilahkan untuk makan
atau minum. Kalau sudah mulai bosan, boleh mengeluarkan mainan yang dibawa dari
rumah dan memainkannya tapi tidak mengganggu orang dewasa yang sedang
berbincang-bincang. Alhamdulillah mereka bisa diajak bekerjasama dan bisa
menikmati perjalanan silaturahmi ini.
Sebenarnya
keinginan mereka dalam liburan ini adalah wisata ke Taman Safari Indonesia,
namun mimpi mereka kandas sudah karena kami lihat traffic menuju puncak yang
macet total saat liburan seperti ini. Daripada menghabiskan waktu dijalan
karena macet, kami tawarkan alternatif lain untuk mengunjungi Kebun Binatang
Ragunan bersama Eyang dan tante. Walaupun masih jauh dari impian tapi lumayan
lah masih bisa bertemu dengan gajah dan naik kereta wisata keliling di Ragunan.
Karena
merasa masih kurang puas, mereka meminta jalan-jalan ke D’Kandang di Sawangan.
Disana mereka naik kuda, memberi susu pada kambing etawa, melihat pemerahan
susu sapi, melihat kandang kuda, melihat kandang kerbau bule yang didatangkan
langsung dari Yogya, melihat tanaman sayur mayur yang tertata rapi, memanen
sayuran seperti kangkung, bayam, selada, dan minum yoghurt dan susu sapi murni.
Syukurlah di D’Kandang ini bisa mengobati rasa kurang puasnya saat di Ragunan.
Tidak
terasa dua minggu berlalu sudah, liburan semester ini pun berakhir dengan penuh
makna. Pagi ini anak-anak mengantar Eyang dan tantenya ke bandara untuk kembali
ke Jepara. Mereka sama antusiasnya seperti saat menjemput Eyangnya dibandara
seminggu lalu. Dan bahkan kegiatan menjemput dan mengantar Eyang ke bandara
inipun menjadi salah satu wisata yang berarti bagi mereka.
Hari
ini, hari pertama mereka kembali masuk sekolah dengan semangat terbarukan. Dan
siap menceritakan kegiatan-kegiatan mereka selama liburan didepan temen-teman
dan gurunya. Terimakasih anak-anakku
yang sholeha dan penuh pengertian, Abi Ummi tidak lupa akan rencana kita
liburan ke Bandung setelah adek sholeh ini lahir, InsyaAllah.
Kisah
liburan penuh makna,
Depok,
18 Januari 2016
Ika
Puspitaningtyas