“Merencanakan dengan baik keuangan rumah tangga diawal bulan,
makan direstoran saat akhir bulan pun tidak hanya sebuah impian”
“Tanggal berapa yaa hari ini?“
“Hah, baru tanggal 10?”
“Masih ada 15 hari lagi doong” –oohh .. mendadak pusyiiing
palaberbie
Tak bisa dipungkiri permasalahan keuangan ini adalah
permasalahan klasik ibu-ibu (baik ibu yang bekerja di luar rumah maupun ibu
yang bekerja dari rumah). Dan (dulu) hampir setiap bulan saya pun selalu
mengalaminya. Setiap tanggal 5 atau tanggal 10 pertanyaan-pertanyaan itu selalu
muncul dan berakhir dengan sakit kepala (yang seharusnya tidak perlu terjadi) J.
Pendapatan pasti setiap bulan selalu terasa kurang. Padahal
sudah ditambah nafkah lahir dan uang belanja dari suami. Setiap setahun sekali
ada kenaikan gaji dan bonus dari kantor. Dan ada tambahan keuntungan dari
jualan online. Masih juga kurang? (mungkin lebih tepatnya kurang bersyukur yaa
.. J ). Astagfirullah ...
Mengatur keuangan keluarga ibarat mengatur keuangan sebuah
perusahaan besar. Perlu ilmu dan orang yang berkompeten dibidangnya. Bagaimana
jika kita sama sekali tidak memiliki background ilmu manajemen keuangan/accounting/sejenisnya?
Jadi boleh dong kita “Let’s it flow” aja (Duuh .. iya kalau menglirnya ke laut
yang luas, lha kalau mengalirnya ke selokan yang mampet dan bau :d )? Lalu bagaimana
dengan pertanggung jawaban kita sama Sang Pemberi Rejeki? Kalau dimintain
Laporan Pertanggung Jawaban atas limpahan rejekinya, kita mau jawab apa?
Tidak adanya background ilmu manajemen keuangan/accounting/sejenisnya
bukan menjadi alasan kita tidak bisa mengatur keuangan. Yes!! InsyaAllah kita (ibu-ibu
yang bekerja -dari mana saja-) bisa mengatur keuangan rumah tangga kita dengan
profesional (layaknya sebuah perusahaan besar).
Banyak sekali referensi mengenai bagaimana cara mengatur
pendapatan atau manajemen keuangan rumah tangga yang bisa di googling. Tentunya
dari para ahli yang berkompeten dibidangnya dengan ilmunya yang mumpuni. Tapi
disini saya tidak akan membahas mengenai metode-metode tersebut. Saya hanya
ingin bercerita mengenai pengalaman keluarga kami saja. J
Ada tiga poin besar dari manajemen keuangan rumah tangga (yang
saya pelajari dan terapkan sampai akhirnya saya menemukan sendiri formula yang
pas untuk keuangan rumah tangga kami J).
Yaitu susun anggaran diawal bulan, patuhi anggaran yang sudah kita susun dan evaluasi
berkala dalam bulan berjalan. That’s it. Hanya itu saja kuncinya.
Mari kita bahas
satu persatu tiga poin tersebut.
1. Susun anggaran
Tulis semua pendapatkan kita (dari gaji sendiri, dari suami,
keuntungan usaha, dll). Setelah itu breakdown pengeluarannya. Ilustrasi berikut
bisa menjadi gambarannya.
TOTAL PENDAPATAN : 10.000.000
|
|
PENGELUARAN :
|
|
1. SEDEKAH 5% : 500.000
|
|
2. HUTANG 30% : 3.000.000
|
|
* Cicilan Rumah
|
|
* Cicilan Mobil
|
|
* Cicilan Kartu Kredit
|
|
* dll
|
|
3. INVESTASI/TABUNGAN 20% : 2.000.000
|
|
* Tabungan konvensional
|
|
* Logam Mulia
|
|
* Pasar Saham
|
|
* dll
|
|
4. KONSUMSI 45% : 4.500.000
|
|
* Biaya sekolah anak
|
|
* Biaya les anak
|
|
* Transportasi
|
|
* Belanja (sayur, lauk pauk sampai kebutuhan bulanan
seperti detergen, beras, dll)
|
|
* Listrik
|
|
* Iuran keamanan komplek
|
|
* Arisan
|
|
* dll
|
Saya ambil contoh total seluruh pendapatan adalah Rp
10.000.000 (untuk memudahkan perhitungan saja). Kemudian keluarkan pertama kali
untuk sedekah minimal 2.5% (disini saya ambil contoh 5%). Sedekah utamanya
diberikan mulai dari ring 1 (ke dua orang tua, saudara kandung, saudara jauh)
kemudian tetangga rumah (jika membutuhkan), anak yatim dan kepada orang-orang
yang membutuhkan.
Kemudian tunaikan hak orang lain, yaitu hutang. Bayar semua
cicilan-cicilan tepat waktu agar tidak terkena denda. Dan prioritaskan untuk
melunasi semua hutang agar hidup menjadi lebih tenang tanpa cicilan J.
Setelah hutang terbayar kemudian alokasikan 20% untuk investasi/tabungan.
Investasi/tabungan disini bisa berupa tabungan konvensional, logam mulia, pasar
saham, usaha riil, dll. Tergantung dari tujuan investasi yang akan dicapai
kedepannya.
45% dari pendapatan digunakan untuk konsumsi sehari-hari
dalam satu bulan berjalan. Konsumsi ini lah yang bersifat dinamis, artinya kita
sendiri yang menentukan pengeluarannya. Namun berdasarkan pengalaman, dari ke
empat poin tersebut alokasi konsumsi-lah yang paling sering bocor alias over
budget.
2. Patuhi anggaran yang telah kita susun
Banyak sekali godaan yang datang. Dari kebutuhan yang tak
terduga atau sekedar keinginan yang (sebenarnya) tidak begitu penting.
Kalau kebutuhan yang tidak terduga ini misalnya menjenguk
saudara yang sakit, bisa diambilkan dari alokasi sedekah. Untuk kebutuhan tak
terduga lainnya bisa diambil dari alokasi konsumsi (karena sebenarnya kita
sendirilah yang berhak menentukan pengeluaran konsumsi). Sedangkan untuk
keinginan yang tak terduga, misalnya ada Big Sale tas yang memang sedang
diincar, pikirkan/pertimbangkan kembali dua sampai tiga kali. Apakah tas yang lama
benar-benar tidak bisa dipakai lagi? Atau hanya karena belum punya tas dengan
warna yang sedang di Sale? Kalau memang sudah tidak tahan dengan godaan si Big
Sale itu, tips terakhir cobalah minta pertimbangan dari suami (berharap suami
masih netral dan bisa berfikir jernih sehingga tidak terpengaruh dengan Big
Sale.
Tidak mudah memang untuk bisa konsisten mematuhi anggaran
yang telah kita susun. Namun dengan tekad dan tujuan yang kuat insyaAllah menjadi
mudah untuk disiplin diri.
3. Evaluasi berkala dalam bulan berjalan
Evaluasi berkala juga tidak kalah penting. Tujuan dari
evaluasi ini adalah agar kita bisa mengetahui posisi terkini dari keuangan
kita. Apakah keuangan kita berjalan di rel yang lurus? Atau melenceng dari apa
yang sudah kita susun anggarannya.
Evaluasi bisa dilakukan tiap minggu atau dua minggu sekali.
Dengan adanya evaluasi ini harapannya keuangan rumah tangga kita terjaga sesuai
dengan apa yang sudah kita rencanakan diawal bulan.
Awal bulan ini adalah waktu yang tepat untuk berubah,
membenahi dan memulai merencanakan keuangan dengan baik. Dengan ketiga poin
diatas, InsyaAllah tidak ada lagi pusing pala berbi ditengah bulan, mengeluh pendapatan
yang selalu kurang dan tetap bisa makan enak diakhir bulan.
“Perencanaan keuangan yang baik merupakan salah satu ikhtiar
kita untuk bertanggung jawab terhadap amanah rejeki yang telah dititipkan-Nya.
Namun kembali lagi ada Allah yang Maha Mengatur semua yang ada. Semoga kita
senantiasa bersyukur atas limpahan rejeki yang tak terhitung ini.”
“Allah menjamin rejeki untuk hambanya pasti cukup untuk
kebutuhan hidup, tapi bukan untuk gaya hidup”
Ika Puspitaningtyas
Depok, 2 Desember 2015
0 komentar:
Posting Komentar