Desember 30, 2018

CEGAH Tas Kresek Masuk Rumah dan Membuat Sendiri Tas Belanja Kain

Sejak saya mengikuti @dkwardhani di instagram nya perubahan-perubahan kecil mulai saya lakukan. 


Ya, SAMPAH. Masalah kecil nan remeh temeh bagi sebagian orang. Namun masalah kecil itu kalau tidak  kita kendalikan akan menjadi masalah besar yang  mengancam penghuni bumi ini dikemudian hari. 

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Apakah dengan membuang sampah pada tempatnya sudah selesai tanggung jawab kita? 

Tidak, teman. Tidak cukup hanya membuang sampah pada tempatnya saja kemudian selesai tugas kita. Apakah teman-teman tau bagaimana perjalanan sampah kita? Kemana sampah kita berakhir?

Kembali ke langkah kecil sebagai awal perubahan yang saya lakukan. Saya ingin memulainya dengan menCEGAH tas kresek masuk kedalam rumah saya. Seperti dalam satu pekan ini, saya tidak memakai tas kresek saat berbelanja. Barang-barang belanjaan saya masukkan langsung kedalam tas. Atau kedalam tas belanja kain yang sekarang menjadi bagian dalam tas jinjing saya.

Berbagai macam reaksi yang saya amati dari mbak -mbak kasir saat saya bilang "tidak usah dikresekin mba". Dari yang tercengang, salting sampai bilang "kami juga sedang kearah sana bu -tanpa kresek belanja lagi-". Dan kalau saya itung, dalam satu pekan ini saya sudah menCEGAH kurang lebih 10 tas kresek masuk kedalam rumah saya. Wooww... Bayangkan kalau dalam satu bulan, satu tahun berapa plastik yang bisa saya hemat. Bagaimana jika saya tidak sendirian melakukannya tapi dengan suami saya, anak-anak saya dan dengan anda sekalian. Saya yakin bumi ini pasti akan sangat berterimakasih kepada kita semua.

Konsekuensi dari tidak memakai tas kresek berarti saya harus menyediakan sendiri tas belanja dari kain. Tas dari kain ini sangat simple, ringan dan mudah dibawa. Tinggal dilipat rapih dan masukkan kedalam tas pribadi kita. 

Kita bisa lho membuat sendiri tas belanja kain dari sarung bantal bekas? Tidak punya mesin jahit? Jangan khawatir, dengan jahit tangan pun bisa.

InsyaAllah segera tayang tutorial diy tas belanja dari sarung bantal bekas ini.

Ayo teman kita mulai CEGAH sampah dari diri kita, dari sekarang juga. InsyaAllah Allah berikan kemudahan, bukankah kebersihan sebagaian dari iman?



Tegal, 30 Desember 2018
Ika Puspitaningtyas


Kuliner di Tegal, Kupat Glabed Randugunting

Malam minggu di Tegal kami habiskan dengan menyantap Kupat Glabed khas Randugunting. Makanan pinggir jalan yang nggangenin. Yang jadi destinasi "wajib" kala berkunjung ke rumah mertua.


Kupat Glabed khas Randugunting ini lokasinya cukup strategis sehingga tidak sulit mencarinya. Kalau dari arah pantura, perempatan Mal Pacific menuju ke arah selatan.  Setelah menyebrangi rel, warung tendanya terletak dikiri jalan. Didepan sekolah dasar Debong.

Buka sampai larut malam sehingga cocok untuk mengisi perut yang keroncongan di malam hari. Satu porsi kupat glabed berisi beberapa potong lontong yang disiram dengan sayur tempe yang berkuah kuning kental. Disajikan hangat dengan taburan krupuk kuning. Nyaammmy... 

Teman makan kupat glabed ini ada sate ayam, sate dengkil dan sate kerang. Sate kerang ini favoritnya Annisa Ays kalau kesini. Hanya dengan merogoh dompet sebesar Rp. 8.000 perporsi kupat glabed dan Rp 3.000 per tusuk sate cukup mengobati perut yang keroncongan dilarut malam.


Anda ingin mencoba Kupat Glabed ini kala berkunjung ke kota Tegal?



Tegal, 30 Desember 2018
Ika Puspitaningtyas


Semalam di Mandalawangi

Liburan akhir tahun ini kami habiskan di seputar Depok dan Bogor saja. Sekali-kali ingin merasakan liburan di sini.



Awal liburan kami sudah susun jadwal harian selama satu minggu kedepan. Kebetulan suami juga libur panjang kali ini. Jadi kami dapat habiskan banyak waktu bersama.


Diantara jadwal harian liburan adalah climbing di Bogor, camping, nge-cat kamar depan, bikin rak bunga dan cetak abd Aysha. Walaupun akhirnya tidak semua agenda tersebut terpenuhi, namun banyak pembelajaran yang bisa dipetik oleh anak-anak. Bagaimana manusia hanya dapat merencanakan dan Allah-lah yang Maha Menentukan.


Kami berangkat pagi-pagi dan langsung menuju Mandalawangi. Walaupun sempat macet cukup panjang sejak keluar tol Ciawi, namun semua lelah dan jenuh terbayarkan oleh indahnya alam Mandalawangi.


Setelah bertemu dengan Kang Yadi selaku pengelola kawasan ini kami pun langsung mendirikan tenda. Dan traaalaaa.. camping cantik pun dimulai...


Tanpa komando anak-anak langsung berlari mengelilingi hamparan padang rumput. Walaupun becek namun tidak mengurungkan niat mereka. Daaan sudah dapat ditebak, celana dan sandal merekapun penuh dengan lumpur.


Mereka sudah paham dengan Umminya yang super steril. Sebelum Umminya bernyanyi lebih lanjut mereka langsung menuju ke sungai kecil dibelakang tenda. Mereka duduk dijembatan kecil sambil menjulurkan kakinya kebawah aliran air yang cukup deras. Seruuuu miih... Hahahaaa... Moment membersihkan sandal pun menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka.


Setelah selesai bersih-bersih lanjut cooking time untuk makan malam. Nugget dan mie goreng menemani malam kami. 


Menginjak malam dinginnya kaki Gunung Gede Pangrango mulai terasa hingga ke tulang. Langit gelap tanpa sinar bintang maupun bulan. Suara serangga hutan yang saling bersahutan menambah kekhusukan suasana malam. Jam 8 malam pun kami sudah siap-siap memakai selimut tebal.


Subhanallah.. pemandangan pagi ini sungguh indah. Langit bersih, kabut tipis dibalik puncak gunung, udara bersih nan sejuk memenuhi ruang paru-paru. 

Kamipun tidak menyia-nyiakan suasana pagi ini. Jalan menyusuri padang rumput mencari asal suara dari air terjun. Berpapasan dengan petani-petani sayur menuju ke sawah. Walaupun akhirnya kami kembali lagi karena sudah tidak kuat jalan menanjak. Namun sungguh suasana pagi ini tidak akan terlupakan.

Matahari terasa hangat menginjak pukul 9 pagi. Kamipun berkemas dan bersiap kembali pulang. 

Sungguh pengalaman yang luar biasa. Menikmati pemandangan indah lukisan Sang Maha Kuasa.




Mandalawangi, 27 Desember 2018
Ika Puspitaningtyas

Desember 27, 2018

Climbing di Lapangan Sempur Bogor

Hari ini pulang dari Mandalawangi Ays langsung lanjut climbing. Sebenarnya sudah lama juga Ays pingin climbing disini. Tapi karena cukup jauh dari depok dan jadwal latihannya weekday, yaitu selasa, rabu, kamis jadi saya sebagai driver pengantar lebih memilih latihan di Eiger Depok saja. Hehe..



Akhirnya kesampaian juga Ays latihan di Bogor. Bertemu teman-teman baru dan mencoba jalur panjat yang berbeda dengan di Depok.


Bagi kami ini pertama kalinya kami ke Lapangan Sempur. Lokasinya cukup strategis. Berada di kota Bogor. Dekat dengan Kebun Raya Bogor. 


Sambil menunggu Ays latihan, saya berjalan menyusuri Lapangan. Amrupun tidak kalah seru memanfaatkan waktu menunggu sang kakak.
"Mih, sepeda jalan Amru mana?" Tiba-tiba dia ingat push bike nya, yg diberi nama sepeda jalan.


Selain arena wall climbing, Lapangan Sempur juga terdapat arena untuk bermain skate board, lintasan lari, lapangan basket, playground, pojok literasi dan spot untuk selfie.


Tanaman-tanaman hias dipinggir-pinggir lapangan tertata rapih. Dan banyak disediakan kursi taman untuk duduk-duduk santai. Petugas Ranger_park tidak bosan-bosan mengingatkan para pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya dan tidak menginjak rumput.


Sayang nya tempat sholat tidak tersedia disini. Saya pun harus berjalan ke Taman Ekspresi yang berlokasi disebrang Lapangan Sempur. Toilet nya pun hanya tersedia satu saja.

Namun diluar itu semua, Lapangan Sempur bisa menjadi alternatif untuk berolah raga atau sekedar duduk santai melepas penat dan selfie dengan sahabat.


Depok, 27 Desember 2018
Ika Puspitaningtyas